Sumber ; www.CakrabuanaSuksesIndonesia.com
Emas, logam mulia yang disukai semua orang diduga pertama kali ditemukan sekitar 4000 SM di sebuah peradaban di Eropa Timur. Saat itu diduga emas mulai digunakan sebagai bahan perhiasan. Kemungkinan besar emas ditambang dari Pegunungan Alpen Transilvania atau di Gunung Pangaion di Thrace, Bulgaria.
Penggunaan emas sebagai barang perhiasan juga ditemukan di Sumeria, Irak Selatan sekitar tahun 3000 SM. Pada tahun 2500 SM, di Abydos Mesir – ditemukan berbagai macam perhiasan terbuat dari emas pada makam Raja Zer – dinasti pertama Mesir. Pada tahun 1500 SM, Mesir sudah dianggap sebagai bangsa sangat kaya karena emasnya, bahkan koin emas berukuran 11,3 gram yang dikenal sebagai Shekel sudah dijadikan standard alat tukar perdagangan internasional.
Tak kalah menariknya bangsa Babilon menggunakan api sebagai cara untuk menguji kadar emas suatu perhiasan pada tahun 1350 SM. Sementara itu, bangsa Mesir menemukan cara memperpanjang umur emas dengan memasukkan emas pada suatu daun pada tahun 1200 SM. Kala itu mereka juga sudah mencoba mencampur emas dengan logam lain untuk meningkatkan kekerasan emas dan memberikan variasi warna. Mereka juga menemukan teknik penggunaan lilin untuk pembuatan perhiasan emas.
Sekitar tahun 1091 SM, koin kecil terbuat dari emas berbentuk persegi digunakan sebagai mata uang di daerah China. Pada tahun 560 SM, koin-koin pertama terbuat dari emas murni telah digunakan di Lydia, sebuah kerajaan di Asia Minor di daerah Turki. Di bawah ini gambar salah satu koin emas yang digunakan di Lydia:
Sejak masa Alexander The Great (tahun 344 SM) emas digunakan sebagai lambang kejayaan atau kekuasaan. Alexander The Great menaklukkan dunia dari daratan Yunani, Laut Tengah, Mesir, Asia Minor, Persia hingga India Utara. Namanya diabadikan menjadi nama salah satu kota di Mesir yaitu Alexandria atau Iskandariyah. Pada saat menaklukkan Persia, Alexander The Great mengerahkan 41.000 pasukannya untuk mendapatkan lebih dari 50 ton emas.
Emas pada Jaman Kerajaan Nusantara
Emas pada Jaman Sriwijaya
Siapa yang tak kenal kerajaan besar Sriwijaya? Dalam bahasa Sansekerta, “Sri” berarti “bercahaya” dan “wijaya” berarti “kemenangan”. Sriwijaya adalah kerajaan besar di abad ke-7 yang menguasai hampir seluruh kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Wilayah kekuasaan Sriwijaya mulai dari Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, Kamboja hingga Vietnam Selatan. Pendeta dari Tiongkok I-tsing yg melakukan perjalanan ke Sumatera pada tahun 671 melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha dan pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan.
Pulau Sumatera pada masa Sriwijaya disebut sebagai “Swarna dwipa” atau bumi emas karena kekayaan emas yang terkandung di bumi Sumatera. Saat itu kerajaan Melayu sangat kaya raya karena kekayaan emasnya. Tak heran Sriwijaya kemudian menaklukkan kerajaan Melayu sehingga Sriwijaya kemudian sangat kaya raya karena emasnya. Berbagai peninggalan emas ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi antara lain arca emas Avalokiteçvara yang bergaya Malayu-Sriwijaya dan berbagai peninggalan lainnya yang terbuat dari emas.
Emas pada Jaman Kerajaan Mataram Kuno
Pada masa kerajaan Mataram Kuno emas juga merupakan simbol kemakmuran negara. Berbagai peninggalan kerajaan seperti mahkota yang terbuat dari emas ditemukan di wilayah Prambanan Klaten. Selain itu di bulan Agustus 2010 kita dikejutkan dengan raibnya koleksi perhiasan emas kerajaan Mataram Kuno di musium Sonobudoyo Jogja.
Selain berbagai macam arca, mahkota dan perhiasan emas ternyata kerajaan Mataram Kuno juga mempunyai mata uang koin emas sekitar tahun 850/860 Masehi. Koin-koin berbahan emas tersebut adalah:
- Masa (Ma), berat 2.40 gram
- Atak, berat 1.20 gram
- Kupang (Ku), berat 0.60 gram
- ½ Kupang (0.30 gram)
- Saga (0,119 gram).
Koin-join emas ini sangat kecil dengan satuan terbesar (Masa) hanya berukuran 6 x 6/7 mm saja.
Emas pada Masa Kerajaan Jenggala (1042-1130 M)
Seperti halnya kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, tradisi mengagungkan emas sebagai lambang kekuasaan dan kemakmuran juga terjadi pada masa kerajaan Jenggala. Kerajaan Jenggala merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Pada masa ini koin-koin emas mengalami proses perubahan bentuk dan desainnya dari berbentuk kotak menjadi agak bundar. Pada saat itu karena uang kepeng Cina sangat banyak beredar, akhirnya dipakai secara resmi sebagai alat pembayaran, menggantikan secara total fungsi dari mata uang lokal emas dan perak.
Emas pada Masa Kerajaan Samudra Pasai (1297 M)
Kerajaan Samudra Pasai di wilayah Aceh merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia ( tahun 1267). Hal ini didasarkan berita Marcopolo (tahun 1292); Ibnu Batutah (abad 13) dan batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (tahun 1297) yang merupakan Raja pertama Samudra Pasai. Selama 3 abad Samudra Pasai sangat maju dalam perdagangan internasionalnya. Saat itu kerajaan mengekspor lada, sutra, kapur barus, dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Sebagai bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran. Mata uang emas dari Kerajaan Samudra Pasai untuk pertama kalinya dicetak oleh Sultan Muhammad (1297-1326). Mata uang terbuat dari emas ini disebut Dirham atau Mas. Ukurannya kecil berdiameter 10-11 mm dan mempunyai berat 0,60 gram (berat standar Kupang). Namun ada juga koin-koin Dirham Pasai yang sangat kecil dengan berat hanya 0,30 gram (1/2 Kupang atau 3 Saga). Pada hampir semua koinnya ditulis nama Sultan dengan gelar “Malik az-Zahir” atau “Malik at-Tahir”.
Emas pada Masa Kerajaan Majapahit
Salah satu kerajaan terbesar di Nusantara adalah Majapahit. Menurut kakawin Negarakertagama (1365) karya empu Prapanca, wilayah kekuasaan Majapahit meliputi Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Filipina selatan, Maluku, Nusa Tenggara hinga Papua. Catatan yang berasal dari Italia mengenai Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: “Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone”. Ia menyebutkan bahwa istana raja Majapahit sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas! Selain koin kepeng, penggunaan koin emas sebesar biji jangung juga mulai marak di jaman Majapahit. Mata uang emas yang banyak ditemukan di situs Majapahit, kebanyakan berupa uang “Ma”, (singkatan dari māsa) dalam huruf Nagari atau terkadang dalam huruf Jawa Kuno. Selain “Ma” ditemukan juga koin emas satuan tahil, yang diawali dengan tulisan “ta” dalam huruf Nagari. Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat antara 2,4 – 2,5 gram.
Selain uang “Ma” masih ada beberapa mata uang emas berbentuk segiempat, ½ atau ¼ lingkaran, trapesium, segitiga, bahkan tak beraturan sama sekali. Hal ini seperti dilaporkan oleh Dinasti Song (960 – 1279) yang memberitakan bahwa di Jawa (Majapahit) orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang.
Kitab Negarakertagama juga menyebutkan kalau iring-iringan raja Majapahit yang menghias kereta dengan berbagai perhiasan emas. Apalagi dalam setiap jamuan kenegaraan atau pesta besar, semua peralatan pesta dan perjamuan terbuat dari emas berhiaskan permata indah, termasuk kotak sirih pinang berbalut emas. Konon cerita pada masa kejayaan Majapahit, kolam Segaran yang aslinya tempat pemandian para selir juga digunakan sebagai tempat pesta foya-foyanya keluarga kerajaan. Apabila ada pesta besar atau jamuan kerajaan seluruh peralatan makan minum dari emas yang sudah dipakai langsung dilemparkan ke tengah kolam Segaran tersebut!
Koin emas pada jaman Majapahit
Melihat sejarah penemuan emas hingga emas pada jaman kerajaan di bumi Nusantara ini sangatlah jelas emas mempunyai peranan yang sangat penting sebagai simbol kekuasaan, kekuatan, kemakmuran dan kekayaan suatu kerajaan. Tak hanya saat ini, sampai dunia ini kiamat kemungkinan besar emas masih merupakan logam mulia yang memegang peranan penting koin emas kuno akan semakin mahal nilainya.
Pada sekitar tahun 1790an Inggris mengalami sebuah kerugian besar-besaran karena kekurangan uang logam perak dan dihentikannya percetakan uang logam emas yang lebih besar. Lalu dikeluarkanlah “token” uang logam perak dan memukul telak uang logam asing. Dengan berakhirnya Perang Napoleonic, Inggris mulai melakukan program besar-besaran mengembalikan uang logam yang menciptakan kekuasaan tertinggi standar emas dan mensirkulasikan mahkota, setengah mahkota, dan secepatnya juga mengeluarkan uang logam ¼ sen pada tahun 1821. Pada tahun 1833, uang kertas dari Bank of England notes dibuat menjadi alat pembayaran yang sah, dan penebusan dari bank-bank lain sangat mengecilkan hati. Pada tahun 1844 didirikanlah Bank Charter Act yang uang kertas keluaran Bank of England, berlapis penuh emas, yang merupakan standar yang sah. Sehubungan dengan interpretasi yang keras pada stadar mata uang emas, tahun 1844 ini ditandai sebagai berdirinya standar penuh mata uang emas untuk uang Inggris.
Terbentuknya standar emas internasional
Ketika Jerman menjadi sebuah negara bersatu mengikuti perang Franco-Prussian (19 Juli 1870 – 10 Mei 1871), hal itu menjadi tonggak berdirinya dan mempertegas nilainya emas. Kebanyakan negara lain mengikutinya dengan cepat. Emas menjadi dapat diangkut, digunakan secara universal dan merupakan unit penilaian yang stabil. Ekonomi dunia yang dominan saat itu berada di Inggris , yang telah memiliki ikatan yang sudah berdiri lama pada standar emas.
Tujuan utama dari entah sistem uang pemerintahan yang menurut sejarah telah ada untuk menyediakan seigniorage, atau laba pembuatan uang, bagi pemimpin pemerintahan dalam rangka menyediakan mereka kekuatan pembelian umum selama masa genting, khususnya pemimpin-pemimpin menggunakan tampuk pimpinan mereka untuk membatasi dan oleh sebab itu tidak dapat menaikan pajak untuk mengeksekusi pembelaan ikatan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup negara mereka.
Standar emas menggantikan standar uang logam emas pada abad 17-19 di Barat sebagai perang pembelaan tertentu yang diperluas kepada standar uang logam emas yang sudah tidak lagi layak fungsinya. Sejarah yang sama menaikkan standar sebuah emas di Cina sejak abad ke 9 hingga awal abad ke 17.
Tanggal-tanggal pengadopsian standar emas
1717: United Kingdom pada £1 setara 113 grains (satuan berat) (7.32 g) dari emas murni.
1818: Netherlands pada 1 guilder setara 0.60561 g gold.
1834: United States de facto pada 20.67 dolar setara 1 troy oz (31.1 g) emas
1854: Portugal pada 1000 réis setara 1.62585 g emas.
1871: Germany pada 2790 Goldmarks setara1 kg emas.
1871: Japan pada 1 yen setara 1.5 g emas.
1873: Kesatuan Keuangan Latin (Belgium, Italy, Switzerland, France) pada 31 francs to 9.0 g gold
1875: Kesatuan Keuangan Scandinavian: (Denmark, Norway and Sweden) pada 2480 kroner setara 1 kg emas.
1876: Perancis secara internal.
1876: Spain pada 31 pesetas setara 9.0 g emas.
1878: Finland pada 31 marks setara 9.0 g emas.
1879: Austria (lihat uang jenis florin Austria dan Mahkota Austria).
1881: Argentina pada 1 peso setara 1.4516 g emas.
1893: Russia pada 31 roubles setara 24.0 g emas.
1897: Japan pada 1 yen kehilangan nilai setara dengan 0.75 g emas.
1898: India (lihat mata uang rupee India).
1900: United States de jure.
Sepanjang dekade 1870an sebelum Perang Sipil yang mengalami deflasi dan kemuraman perekonomian dimana menciptakan permintaan secara berkala untuk mata uang perak. Bagaimanapun juga, usaha untuk memperkenalkan mata uang tersebut secara umum telah gagal, dan meneruskan tekanan umum terhadap standar emas. Pada tahun 1879, hanya uang logam emas yang diterima melalui Kesatuan Keuangan Latin, yang disusun oleh Perancis, Italia, Belgia, Switzerland dan kemudian Yunani, meskipun secara teori, perak adalah alat putar dalam sirkulasi uang.
Standar emas dimasa ramai hingga masa krisis (1901–1932)
Menggantungkan pembayaran emas untuk membiayai perang
Sebagaimana terjadi pada perang-perang besar sebelumnya dibawah standar emas, pemerintahan Inggris menggantungkan nilai tukar uang kertas dari Bank of England pada emas, di tahun 1914 untuk membiayai operasi militer dalam perang dunia pertama. Pada akhir peperangan, Inggris berada pada seri peraturan kesanggupan nilai tukar, yang meng-kurs-kan Permintaan Uang Postal dan Surat-surat Perbendaharaan Negara, yang mana berbeda dari Surat-surat Perbendaharaan Negara Amerika Serikat. Pemerintahan Amerika mengambil ukuran yang sama. Setalah perang, Jerman yang banyak kehilangan emasnya dalam perampasan, tidak sanggup lagi untuk meneruskan percetakan uang logam “Reichsmarks” dan beralih pada nilai tukar uang kertas, meskipun Republik Weimar kemudian memperkenalkan “rentenmark” dan kemudian membuat sisi uang logam yang seluruhnya berlapis emas dalam usahanya untuk mengontrol hiperinflasi.
Seperti telah terjadi setelah perang-perang besar sebelumnya, Inggris kembali pada standar emas di tahun 1925, yang agak enggan dilakukan oleh Winston Churchill. Meskipun sebuah harga emas yang lebih tinggi dan inflasi yang signifikan mengikuti penundaan masa perang, Churchill tetap mengikuti tradisi dengan melanjutkan pembayaran konvesi pada harga emas sebelum masa perang. Selama lima tahun sebelumnya sampai pada tahun 1925 harga emas diatur menurun sampai pada tingkat seperti sebelum masa perang, menyebabkan deflasi pada seluruh negara-negara dari Kerajaan Inggris dan Commonwealth yang menggunakan mata uang Pound Sterling. Namun kenaikan pada permintaan akan emas untuk pembayaran nilai tukar yang mengikuti pembukaan lagi negara Eropa dari tahun 1925 sampai pada 1928 menghasilkan kenaikan lebih jauh pada permintaan relatif akan emas hingga barang-barang dan oleh sebab itu kebutuhan akan harga barang-barang yang lebih murah dikarenakan harga tetap pada nilai tukar dari uang terhadap barang-barang. Dalam rangka menarik emas, Inggris perlu untuk menaikan nilai dari investasi pada aset domestiknya. Mereka perlu menaikan permintaan akan mata uang poundnya. Dengan melakukan hal ini, Inggris telah menarik emas dari kekuatan mata uang Amerika, yang menurunkan pengadaan uang Amerika juga menekankan kedudukan ekonomi Inggris sendiri. Karena harga-harga ini mengalami penurunan dan efek penurunannya dapat diprediksikan, pemerintah Inggris akhirnya meninggalkan standar tersebut pada 20 September 1931. Swedia juga meninggalkan standar emas pada Oktober 1931l dan negara-negara Eropa lainnya mengikuti. Bahkan pemerintahan Amerika Serikat, yang memiliki hampir seluruh emas di dunia ($175 juta yang mengalir pada Amerika ditahun 1929 dan $280 juta pada tahun 1930) berpindah untuk membantali pengaruh dari Depresi Terbesar dengan menaikkan harga resmi emas (dari sekitar $20 menjadi $35 per ons) dan untuk itulah pada hakekatnya menaikan keseimbangan tingkat harga pada sekitar tahun 1933-1934.
Depresi dan Perang Dunia Ke Dua
Inggris ragu untuk kembali pada standar emas
Selama periode tahun 1939–1942, pemerintahan Inggris menghabiskan banyak persediaan emasnya dalam pembelian amunisi dan persenjataan perang dengan cara “tunai dan bawa” dari Amerika dan negara-negara lainnya. Kekosongan cadangan Amerika ini meyakinkan Winston Churchill pada ketidakpraktisan untuk kembali pada standar emas seperti pada masa sebelum perang. Untuk singkatnya, perang telah membuat Inggris bangkrut. John Maynard Keynes, yang berargumentasi terhadap standar emas, mengajukan untuk memberi kekuatan untuk pencetakan uang ditangan Bank of England yang dimiliki oleh perseorangan. Keynes, dalam peringatannya mengenai ancaman inflasi mengatakan, “dengan proses inflasi yang terus menerus, pemerintah dapat menyita secara diam-diam dan tanpa observasi terlebih dahulu, sebuah bagian terpenting dari kemakmuran penduduknya. Dengan metode ini, mereka tidak hanya menyita namun mereka menyita dengan sewenang-wenangi; dan sementara prose ini membuat melarat banyak orang, sebenarnya hal ini juga membuat kaya beberapa orang”. Agak mungkin karena hal ini, pada tahun 1944, perjanjian pendirian Dana Moneter International Bretton Woods dan sistem moneter internasional yang berdasarkan nilai tukar dari beberapa mata uang nasional terhadap mata uang dollar Amerika Serikat yang sudah saatnya ditukar dengan emas. Hal ini juga menghindarkan negara-negara dari memanipulasi nilai tukar mata uangnya untuk mencapai sebuah tepi dalam perdagangan internasional.
Standar Emas Internasional sebelum masa perang (1946–1971)
Artikel Utama: Sistem Bretton Woods
Setelah perang dunia kedua, sebuah sistem yang sama pada standar emas didirikan oleh perjanjian Bretton Wood. Dibawah sistem ini, banyak negara-negara yang memiliki nilai harga emas relatif tetap menukar uangnya pada dollar Amerika. Amerika berjanji untuk menetapkan harga emasnya pada $35 per ons secara implisit, lalu semua mata uang memancangkan pada dollar juga memiliki nilai tetap dalam artian emas. Dibawah pemerintahan President Perancis, Charles de Gaulle sampai tahun 1970, Perancis menurunkan cadangan dollarnya, memperdagangkan mereka untuk emas dari pemerintahan Amerika, hal itu telah mengurangi pengaruh luar negri pada ekonomi. Hal ini, sejalan dengan ketegangan pengeluaran keuangan dari Lyndon Johnson’s Great Society dan perang Vietnam, telah mengantar President Richard Nixon untuk menyingkirkan harga tetap emas pada tahun 1971 yang menyebankan hancurnya sistem tersebut.
Teori
Sejarah uang terdiri dari tiga fase: komoditas uang, dimana nilai sebenarnya dari obyek yang dapat ditukar; kemudian uang perwakilan, dalam hal ini uang kertas (sering disebut dengan sertifikat) digunakan untuk mewakili komoditas nyata yang diletakkan ditempat lain; dan yang terakhir adalah uang kesanggupan, dimana uang kertas bersampul yang hanya untuk penggunaan “merupakan alat pembayaran yang sah menurut hukum” pada pemerintahan, secara tertentu oleh penerimaan pembayaran hutang pada pemerintah (biasanya pajaj-pajak).
Uang komoditas nyaman untuk dibawa dan diletakkan. Uang ini juga tidak mengijinkan pemerintah untuk mengontrol atau membuat aturan pada alur dagangnya dalam dominasi mereka dengan kemudahan seperti yang dilakukan pada standarisasi mata uang. Dengan begitu, komoditas uang memberi jalan untuk mewakilkan uang dan emas dan jenis lainnya sebagai cadangan yang disisihkan.
Emas adalah bentuk umum yang mewakili uang karena kejarangannya, ketahanannya, dapat dibagi-bagi, tahan terhadap jamur dan kemudahan pengindentifikasiannya, sering berhubungan dengan perak. Perak biasanya adalah alat pembayaran yang sah, dengan emas sebagai metal untuk cadangan moneter. Sulit untuk memanipulasi standar sebuah emas untuk disesuaikan dengan kebutuhan ekonomi terhadap uang, menyediakan ketidakleluasaan praktek terhadap pengukuran yang bank sentral mungkin gunakan sebaliknya untuk memberi tanggapan pada krisis ekonomi.
Standar emas secara beragam menentukan bagaimana pengembalian emas dapat diimplementasikan, termasuk jumlah mata uang per unit tukar. Nilai tukar mata uang itu sendiri hanyalah kertas dan tidak memiliki nilai bawaan, namun dapat diterima oleh pedagang karena dapat ditebus kapan saja dengan mata uang yang senilai. Sertifikat (uang kertas) sebuah perak Amerika sebagai contoh,dapat ditukar dengan sebuah perak sungguhan.
Uang perwakilan dan Standar Emas melindungi warga negara dari inflasi besar-besaran dan dari penyalahgunaan kebijakan moneter lainnya, seperti terlihat pada beberapa negara pada masa Depresi Hebat. Bagaimanapun juga, mereka bukan tanpa masalah dan krisis mereka, dan begitu juga sebagian yang ditinggalkan melalui pengangkatan internasional pada sistem Bretton Woods. Sistem tersebut secara berangsur-angsur hancur pada tahun 1971, pada masa dimana seluruh negeri berubah pada kesanggupan uang penuh.
Sehubungan dengan analisa yang hadir kemudian, permulaan dalam mana sebuah negara meninggalkan standar emas dapat dipastikan bahwa ekonominya sedang pulih. Sebagai contoh, Inggris Raya dan Skandinavia, yang meninggalkan standar emas pada tahun 1931, pulih dengan lebih baik dibandingkan dengan Perancis dan Belgia, yang masih tetap lebih lama pada standar emas. Negara-negara seperti Cina, yang memiliki standar perak, hampir terhindar dari depresi secara keseluruhan. Hubungan antara meninggalkan standar emas sebagai yang membuat prediksi kuat pada kepelikan depresi negaranya dan lamanya waktu untuk pemulihan, telah ditunjukan untuk tetap konsisten terhadap lusinan negara, termasuk pembangunan negara-negara. Hal ini sebagian menjelaskan mengapa pengalaman dan lamanya perbedaan masa depresi bantara ekonomi-ekonomi nasional.
Membedakan definisi dari standar emas
Sebuah standar emas cadangan 100%, atau sebuah standar emas penuh ada ketika otoritas moneter memegang cukup emas untuk ditukar dalam perputaran uang terhadap emas pada harga tukar yang menjanjikan. Hal ini terkadang mengacu sebagai Standar mata uang emas untuk memudahkan identifikasinya dari bentuk lain standar emas yang sudah ada pada waktu tertentu. Sebuah standar cadangan 100% umumnya dianggap sulit untuk diimplementasikan sebagai kuantitas emas di dunia karena terlalu kecil untuk menopang kegiatan ekonomi dunia terkini pada harga-harga emas yang ada sekarang. Penerapannya akan membawa sebuah kenaikan uang kertas pada harga emas. Lebih jauh, “keperluan” kuantitas uang (seperti yang menghindari inflasi atau deflasi) adalah bukan sebuah kuantitas yang pasti, namun bervariasi secara terus menerus sejalan dengan tingkat aktifitas komersil. Nilai tukar atau mata uang yang dikembalikan oleh standar emas adalah mata uang Jerman Reichsmarks, Dinar Yugoslavia, Lira Turki, Cruzeiros Brazilia, dinars Kroasia, Zloty Polandia, Peso leys Argentina, Kwanzas reajastodos Anggola , Zairean zaires dan bolivianos Bolivia.
Dalam sebuah sistem standar emas internasional (dimana kebutuhan berdasarkan pada standar emas internal pada negara-negara yang mempertimbangkannya) emas atau sebuah mata uang yang bisa ditukar menjadi emas pada harga pasti digunakan sebagai maksud dari pembuatan pembayaran internasional. Dibawah sistem tersebut, ketika harga nilai tukar naik keatas atau jatuh dibawah harga pasti uang logam emas oleh lebih dari harga pengiriman emas dari satu negara ke negara lainnya, perpindahan atau pengaliran yang luas muncul sampai harga kembali pada tingkat resminya. Standar emas internasional sering dibatasi dimana pemilik mempunya hak untuk menukar mata uang untuk emas. Dibawah sistem Bretton Woods, hal ini disebut “SDRs” untuk Special Drawing Rights/ Hak Menarik Khusus.
Keuntungan-keuntungan
Teori dari standar emas tinggal pad ide bahwa maksimum kenaikan dalam kekuatan pembelian pemerintah keadaan darurat selama masa perang menghasilkan deflasi sesudah masa perang, yang tidak akan muncul tanpa lembaga moneter seperti standar emas, yang bertahan pada masa kembali ke tingkat sebelum masa perang dan oleh sebab itu deflasi masa perang sudah terduga.
Standar emas membatasi kekuatan pemerintahan untuk menginflasi kelebihan harga-harga melalui terbitan mata uang kertas. Hal ini cenderung untuk mengurangi ketidakpastian dalam perdagangan internasional dengan menyediakan pola tetap pada harga nilai tukar internasional. Dibawah standar emas internasional yang klasik, gangguan pada tingkatan harga dapat secara terpisah atau menyeluruh pada suatu negara dapat mengganti kerugian melalui mekanisme penyesuaian pembayaran saldo secara otomatis, yang disebut juga “mekanisme harga alur mata uang”.
Kerugian-kerugian
Harga-harga emas (US$ per ons) sejak tahun 1968, dalam US$ dan penyesuaian inflasi dalam US$.
Total jumlah emas yang pernah ditambang diperkirakan sekitar 142,000 ton. Dengan asumsi harga sebuah emas US$1,000 per ouns, atau $32,500 per kilogram, total jumlah seluruh emas yang pernah ditambang akan berkisar pada $4.5 trilyun. Jumlah ini kurang dari jumlah sirkulasi uang di Amerika Serikat sendiri, dimana lebih dari $8.3 trilyun berada pada sirkulasi atau dalam deposito (M2). Untuk itu, sebuah pengembalian pada standar emas, apabila juga dikombinasikan dengan sebuah perintah akhir untuk sebuah cadangan kecil dari bank, akan menghasilkan kenaikan signifikan pada nilai terkini emas, yang dapat membatasi penggunaannya dalam aplikasi saat ini. Sebgai contoh, daripada menggunakan rasio of $1,000 per ons, rasio dapat ditentukan pada $2,000 per ons (atau $1,000 per 1/2 ons) yang secara efektif menaikan nilai emas hingga $8 trilyun. Bagaimanapun juga, hal ini terasa sebagai kemunduran secara tertentu pada pengembalian standar emas dan bukan merupakan kemuharaban dari standar emas itu sendiri. Beberapa penyokong standar emas menganggap hal ini dapat diterima dan diperlukan sementara yang lainnya yang tidak menentang sebagian kecil cadangan perbankan berargumentasi bahwa hanya berdasar pada nilai tukar dan bukan pada setoran yang harus ditukar. Nilai dari kurs dasar tersebut (M0) hanya sekitar satu persepuluh setara dengan gambar (M1) yang terdaftar diatas.
Kebanyakan tendensi para ekonom percaya bahwa resesi ekonomi dapat diredakan secara luas dengan menaikan persediaan uang selama masa kemunduran ekonomi. Mengikuti sebuah standar emas dapat dijelaskan melalui penyediaan emas, dan oleh sebab itu kebijakan moneter tidak dapat lagi digunakan untuk menstabilkan ekonomi tepat waktu pada rmasa esesi ekonomi.
Kebijakan moneter dapat secara esensial ditetapkan oleh harga produksi emas. Fluktuasi dalam nilai emas yang ditambang dapat menyebabkan inflasi apabila ada kenaikan atau deflasi apabila ada penurunan. Beberapa orang memegang pandangan bahwa hal ini merupakan kontribusi dari Depresi Hebat.
Beberapa orang menantang bahwa standar emas mudah terkena serangan spekulan ketika sebuah posisi keuangan pemerintahan melemah. Sebagai contoh, beberapa orang percaya bahwa Amerika Serikat dipaksa untuk menaikkan suku bunganya pada saat Depresi Hebat untuk membela kredibilitas nilai tukar mata uangnya.
Apabila sebuah negara ingin menilai uang mata uangnya, hal itu akan membuat perubahan-perubahan yang lebih tajam, secara umum, dibanding kelancaran, akan terlihat kemunduran dalam kesanggupan mata uang, tergantung pada metode devaluasi.
Para penyokong pembaruan standar emas
Kembalinya standar emas didukung oleh banyak pengikut dari Sekolah Ekonomi Austria, para obyektif dan pustakawan secara luas karena mereka menolak peran pemerintah dalam menerbitkan nilai mata uang melalui bank sentral. Sebuah jumlah yang signifikan dari penyokong standar emas juga meminta sebuah perintah akhir untuk cadangan kecil perbankan; namun demikian, pandangan ini jauh dari dunia.
Beberapa pembuat undang-undang saat ini menyokong kembalinya standar emas, berbeda dengan pengikut dari sekolah Austria dan beberapa bagian penyediaan. Bagaimanapun juga banyak ekonom terkemuka yang telah mengekspresikan simpatinya pada sebuah kesulitan azaz mata uang, dan telah berargumentasi melawan mata uang kecil, termasuk Ketua Federal Percadangan Amerika, Alan Greenspan (beliau sendiri dulu seorang obyektif), dan makro ekonom Robert Barro. Greenspan dengan terkenal mendebat kasus untuk kembali pada standar emas pada bukunya di tahun 1966 ” Kebebasan Ekonomi dan Emas”, dimana beliau menggambarkan pendukung dari kesanggupan nilai tukar sebagai “Kesejahteraan yang statis” bersikeras pada penggunaan moneter percetakan pers untuk membiayai pengeluaran deficit. Beliau mendebat bahwa sistem kebijakan uang saat ini telah menahan kepemilikan yang menguntungkan pada standar emas karena para banker sentral telah mengejar kebijakan moneter seolah-olah sebuah standar emas masih ditempatnya saja. Anggota kongres Amerika Ron Paul mendebat untuk pengembalian kepada pada standar emas berdasarkan teori “ketegangan murni” emas bahwa emas memiliki nilai hakiki terpisah dari sistem ekonomi manapun karena model fisiknya. Lebih jauh, jumlah dari “ketegangan murni” emas di dunia adalah konstanm menuju pada masalah inflasi.
Sistem moneter global terkini bergantung pada US dollar sebagai cadangan mata uang dengan transaksi terbesar, seperti harga emas itu sendiri dapat diukur. Ketidakstabilan mata uang, tidak dapat dipertukarkan dan batasan akses kredit adalah beberapa alasan mengapa sistem yang berlaku saat ini telah dikritik. Seorang pembawa acara alternative telah menyarankan, termasuk dasar kekuatan mata uang, keranjang pasar pada mata uang atau komoditas; emas adalah melulu satu dari alternative ini.
Pada tahun 2001 Perdana Mentri Malaysiam, Mahathir bin Mohamad mengajukan mata uang baru yang dapat digunakan untuk mengawali perdagangan bangsa muslim Internasional. Mata uang yang ditawarkannya disebut Dinas emas Islam dan diterangkan setara dengan 4.25 gram dari 24 karat (100%) emas. Mahathir Mohamad mempromosikan konsep dengan dasar kebaikan ekonominya sebagai unit yang stabil pada rekening dan juga merupakan simbol politik untuk menciptakan persatuan yang lebih hebat diatara bangsa islam. Pokok tujuan dari hal ini adalah untuk menurunkan ketergantungan pada dolaar Amerika Serikat sebagai sebuah cadangan mata uang, dan untuk mendirikan mata uang yang bukan pengembalian hutang pada hubungannya dengan hukum islam terhadap hukum kepentingan. Bagaimanapun juga, sampai saat ini, proposal mata uang emas Dinar Mahathir telah gagal untuk menjadi kenyataan.
Menerapkan standar emas di masa kini
Di Amerika Serikat, unit nilai tukar, dollar, merupakan sebuah kesanggupan nilai tukar. Sebuah kesanggupan nilai tukar hanya berdasar pada kepercayaan; apabila warga negara tidak peraya pada mata uangnya atau jika pemerintah tidak menerima mata uangnya, maka hal ini tidak berharga. Seorang Amerika harus percaya bahwa sedolar memang bernilai sedolar. Sebuah kesanggupan mata uang seperti kertas, memiliki banyak pitfalls yang berhubungan dengannya. Satu dari masalah terbesar berhubungan dengan mata uang kertas dan Badan Percadangan adalah godaan untuk “nyalakan mesin percetakan” sebagaimana Profesor Sherwood Campbell letakkan pada masa resesi, bahwa badan percadangan menyalakan mesin percetakan untuk meluaskan penyediaan uang dimana menyebabkan kenaikan inflasi. Pada masa resesi, hal ini merupakan metode yang efektif, namun pada masa yang baik, menyalakan mesin percetakan akan membawa pada hiperinflasi, dan menurunkan nilai mata uang. Solusi dari masalah ini dan “masalah dari pemerintahan besar dan tingkat kemakmuran” akan menerapkan sebuah standar emas. Sebuah standar emas adalah “suara mata uang”, yang artinya bahwa hal ini relatif stabil pada tingkat harga dan akan dipelihara nilainya. Penerapan sebuah standar emas pada abad ke 21 akan membutuhkan nilai kembali mata uang, yang artinya setiap dolar dalam sirkulasi akan mewakili satu set jumlah emas. Dari tahun 1933 sampai1971 dollar Amerika sebaik emas senilai $35 per ons nya.
Ekonom Austria, Ludwig von Mises mengajukan proposal proses reformasi moneter berikut:
Anggaran Federal harus sesuai dan pemerintah dicegah dari membelanjakan uang lebih dari yang bisa dibuatnya dalam pajak.
Jumlah larangan penerbitan tambahan uang apapun dan kredit oleh Pusat Otoritas Moneter .
sebuah cadangan 100% diperlukan pada seluruh setoran masa depan pada sistem perbankan.
pemerintah Federal harus diceraikan dari sistem moneter.
Seluruh surat hutang Amerika harus ditebus
Sebuah rasio akan didirikan menetapkan satuan nilai emas yang setara dengan satu dolar.
Pemerintah tidak akan mencetak uang tambahan
Jika Cadangan Federal tidak dapat menciptakan kebijakan moneter, maka akan terjadi pemimpin boneka dan digabungkan dengan agen perbendaharaan untuk memelihara pelaksanaan yang kuat dari mata uang baru.
Dengan sebuah pengembalian mata uang yang sulit akan datang kemunduran. Satu dari kemunduran terbesar adalah sirkulasi dalam jumlah mata uang. Untuk menggantikan lebih dari $1.596 trilyun dillar uang dalam saham (31 Desember 2007) dengan uang akan menjadi sulit untuk menambang seluruh emas tersebut.
Emas sebagai cadangan dimasa kini
Pada tahun 1990an Rusia melikuidasi banyak dari cadangan emas bekas negara USSR, sementara beberapa bangsa mengakumulasi emas dalam persiapan untuk Kesatuan Ekonomi dan Moneter. Mata uang Swiss Fran meninggalkan pengembalian pertukaran mata uang emas. Bagaimanapun juga, cadangan emas disimpan dalam kuantiti besar oleh banyak bangsa dalam artian membela mata uang mereka, dan memagari terhadap dolar Amerika, yang berbentuk borongan cadangan mata uang cair. Kelemahan dalam dolar Amerika cenderung untuk ditukar dengan kekuatan harga emas. Emas tetap merupakan aset utama keuangan pada seluruh bank sentral disamping mata uang asing dan surat jaminan pemerintah. Emas juga disimpan oleh bank-bank sebagai cara memagari terhadap hutang terhadap pemerintahan mereka sendiri sebagai sebuah “cadangan internal”. Kira-kira 19% dari seluruh emas diatas tanah disimpan dalam cadangan oleh bank-bank sentral.
Kedua uang logam emas dan emas batangan diperdagangkan dengan luas dalam pasar-pasar yang sangat cair, dan untuk itulah masih melayani sebagai tempat penyimpanan kekayaan pribadi. Beberapa mata uang terbitan pribadi, seperti mata uang emas digital, dikembalikan oleh cadangan emas.
Pada tahun 1999, untuk melindungi nilai emas sebagai sebuah cadangan, Bankir Pusat Negara Eropa menandatangani perjanjian Washington pada emas dimana disebutkan bahwa mereka tidak akan mengijinkan penyewaan emas untuk tujuan spekulasi, tidak juga mereka akan “memasuki pasar sebagai penjual” kecuali untuk penjualan yang sudah disepakati.